Pada bulan Mei 2009 yang lalu, saya melakukan perjalanan selama 10 hari ke 4 kota di 4 negara, yaitu Bangkok, Macau, Hongkong dan Kuala Lumpur. Perjalanan ini terbilang singkat, maklumlah karyawan, jatah cuti terbatas. Walaupun singkat, perjalanan ini masih bisa dilakukan dengan hemat alias murah meriah tanpa mengorbankan spot-spot wisata yang terkenal.
Day 1:
Bangkok adalah kota pertama yang saya singgahi. Perjalanan dengan memakai maskapai low budget dari Jakarta ke Bangkok menempuh waktu kurang lebih 4 Jam dengan biaya Rp. 400,000,-. Setibanya disana saya menaiki Airport Express Bus (seperti Damri kalau di Indonesia) ke arah Sukhumvit dengan biaya 150 Baht atau sekitar Rp. 45,000,-. Sukhumvit adalah salah satu area backpacker menetap selain Khao Sarn Road. Bedanya daerah ini dilalui oleh Sky train dan terletak agak ke tengah kota dibanding Khao Sarn Road yang hanya bisa dilalui dengan bis atau taxi (saat ini sky train di Bangkok belum merambah sampai ke Bandara). Malam itu juga saya langsung check in di hostel di daerah Sukhumvit dan membayar biaya menginap selama 3 malam sebanyak 1275 Baht (sebenarnya bisa lebih murah, kalau memesan dormitory bed, hanya saja harus mau bercampur dengan tamu lain).
Day 2:
Target saya adalah Golden Mountain (Wat Saket), Grand Palace, Wat Pho dan Chatuchak Market. Sebelum bepergian saya membeli 1 day pass untuk tiket Sky train sebesar 120 Baht, dengan harga ini kita bisa bebas dan nyaman bepergian (pakai AC lho) melihat pesona kota Bangkok sampai pukul 12 malam.
Pertama saya menuju Stasiun National Stadium, lalu melanjutkan dengan Tuk Tuk (sejenis Bajaj) seharga 30-50 Baht (bisa ditawar dan harus dilakukan dengan sengit). Naik kendaraan ini memiliki sensasi berbeda dibanding dengan kendaraan lain yakni kecepatannya. Supir Tuk Tuk terkenal suka mengebut di jalanan, penumpang hanya di berikan pegangan tangan dari karet yang dipasang di dekat atap, sisanya hanya Tuhan yang tahu hihihihi (gawat memang). Masuk ke Golden Mountain atau Wat Saket gratis. Kuil ini memiliki puncak yang dilapisi oleh emas. Dari puncaknya kita bisa melihat pesona kota Bangkok yang photogenic.
Selepas dari Wat Saket, saya melanjutkan perjalanan ke Grand Palace dengan taxi sebesar 50 Baht (Pastikan argonya menyala ya). Tiket masuk Grand Palace adalah yang termahal di banding wisata kuil lainnya di Bangkok karena pada waktu-waktu tertentu Grand Palace juga dipakai oleh pihak kerajaan untuk melakukan acara ceremonial keagamaan sehingga penduduk Bangkok bisa melihat Raja mereka. Sebenarnya ada trik “curang” kalo mau masuk Grand Palace secara gratis, yakni cukup katakan sa wat dii kha (bagi perempuan) yang berarti hello, maka 300 Baht masih aman didalam dompet (tapi saya tidak melakukan hal itu lhooo). Rahasianya adalah wajah kita yang mirip dengan wajah orang Thailand kebanyakan, bahkan saya yang berjilbab seringkali ditawari makanan dalam bahasa Thailand karena dianggap penduduk negara tersebut (biasanya mayoritas penduduk Thailand yang beragama Islam berasal dari Thailand selatan yang berbatasan dengan Malaysia).
Dari Grand Palace saya berjalan kaki ke arah Wat Pho sekitar 5-10 menit, tapi saat itu penghuni Kuil sedang melakukan ibadah sore sehingga batal sudah rencana ke Wat Pho hari itu. Dari Wat Pho saya langsung bertolak ke arah Chatuchak Market dengan Taxi (sejujurnya saya tidak sanggup naik bis pada jam-jam sibuk seperti saat itu, selain macet, sesak, panasnya Bangkok benar-benar menguji fisik manusia). Naik Taxi dari Wat Pho ke Chatuchak Market sebesar 107 Baht. Chatuchak Market terkenal dengan harganya yang super murah (mungkin saingan dengan Tanah Abang hehehehe), dari mulai perlengkapan manusia sampai perlengkapan binatang atau hewan peliharaan ada di sana (apa jangan-jangan ada juga yang jualan manusia ya? .....hiiiiyyyy).
Seiring dengan tutupnya Chatuchak Market saya melangkahkan kaki pulang menuju hostel dengan sky train. Sampai di Hostel, saya istirahat sejenak dan bersiap-siap untuk pergi mengunjungi rumah teman di daerah Lumphini Park. Berbicara mengenai teman, mereka adalah salah satu sarana menginap hemat yang banyak di rekomendasikan oleh para Backpackers, sebab selain hemat (bahkan ada yang menawari gratis) kita juga bisa bertukar informasi tentang kebudayaan, perekonomian, gaya hidup dan lain-lain, selain itu hitung-hitung dapat pemandu gratis.
Selepas makan malam dengan teman, hujan turun lebat dan dikarenakan hari sudah tengah malam, maka saya pulang memakai taxi dari arah lumphini Park ke hostel dengan biaya 85 Baht (skytrain sudah tutup). Ternyata saat hujanpun Bangkok juga mengalami banjir di sebagian wilayahnya, alhasil saya diajak keliling-keliling oleh supir taxi guna mencari jalur alternatif bebas banjir.
Day 3:
Target hari ketiga adalah Wat Pho, Wat Arun, MBK dan Suan Lum Night Bazar. Rute awal yang saya pakai sama dengan hari kedua. Tiket masuk ke Wat Pho sebesar 50 Baht. Sesampainya disana, saya meluangkan waktu untuk berfoto berlatarkan patung Buddha yang sedang tidur. Patung ini berukuran besar setara dengan panjang peron stasiun di Tanjung Barat (weleh...weleh...weleh...) dan merupakan salah satu warisan budaya yang diakui oleh UNESCO.
Dari Wat Pho saya berjalan ke arah dermaga Tha Tien, kemudian menaiki perahu lokal ke Wat Arun dengan biaya 3 Baht, dan tiket masuknya sendiri sebesar 50 Baht. Posisi Wat Arun persis di pinggir Sungai Chao Phraya, Bangkok. Berbeda dengan Wat Pho, kuil ini terbilang luas dengan stupa yang tinggi seperti di Borobudur.
Langit kian mendung saat saya meninggalkan Wat Arun, sesampainya di dermaga, saya disambut oleh banjir, untunglah masih ada taxi nekat yang mau mengangkut saya yang sudah basah kuyup ke arah hostel.
Setelah hujan reda, saya pergi makan malam di MBK mall. Mall ini seperti ITC bagi saya. Kebetulan disana sedang ada pagelaran musik, iseng saya melihat seperti apa gaya musik di Bangkok. Band yang tampil adalah band muda dengan aliran musik pop agak nge-rap (sepertinya....sebab bahasanya membingungkan hahahaha). Gaya berdandan mereka seperti gaya harajuku di Jepang. Di MBK mall saya berjalan menuju food court yang setahu saya menyajikan makanan halal. Rata-rata makanan halal di Bangkok di dominasi oleh negara Mesir dan Turki. Metode Makan di Food court memakai kupon yang harus dibeli terlebih dahulu dengan nilai yang bervariasi, kemudian kupon tersebut di tukarkan di outlet makanan yang di inginkan.
Setelah kenyang saya berjalan ke arah skytrain yang tidak jauh dari MBK Mall dan menyempatkan membeli cemilan seperti waffle pie. Dengan skytrain saya pergi menuju stasiun Sala Daeng dan kemudian menyambung dengan subway ke arah Suan Lum Night market. Berbeda dengan Chatuchak, Suan Lum buka setiap hari dari pukul 6 sore hingga tengah malam dan harganya pun sedikit lebih tinggi. Nampaknya bulan May memang sarat dengan Hujan dan malam itupun hujan deras mengguyur Bangkok. Setelah puas melihat-lihat dan sedikit berbelanja, saya kembali ke Hostel dengan skytrain dan mulai berbenah untuk besok, sebab besok adalah hari baru di negara lain... yipiiieeee.
Day 4:
Dari Bangkok saya meneruskan perjalanan ke Macau memakai penerbangan yang sama sebesar 1,875 Baht. Sesampainya di Macau saya menaiki Taxi ke hotel di jalan Praca de Ponta e Horta sebesar 71 Pataca (Dollar Macau) kemudian check in dan membayar penginapan selama 1 malam sebesar 225 Dollar Hongkong (Dollar Hongkong bisa dipakai di Macau, dan memiliki nilai tukar yang tidak jauh berbeda dengan Pataca). Hari masih siang saat saya tiba di Macau, berhubung waktu yang saya rencanakan di Macau hanya 1 malam, maka waktu yang ada tidak saya sia-siakan.
Macau di kenal juga sebagai Las Vegas Asia karena kota kecil ini dipenuhi oleh kasino-kasino megah seperti di Las Vegas. Perpaduan antara China dan Portugis terlihat di banyak daerah wisatanya. Area pertama yang saya jelajahi adalah Senado Square. Tempat ini terletak tak jauh dari penginapan saya dan dapat di tuju dengan 5 menit berjalan kaki. Di dekat area ini juga terdapat reruntuhan gereja St. Paul yang terkenal dan seringkali di pakai oleh banyak pasangan untuk mengabadikan foto pre-wedding mereka. Ternyata saat saya melihat ke sana, memang ada pasangan yang sedang melakukan sesi foto pre-wedding dan yang lebih mengejutkan pasangan tersebut berasal dari negara yang sama dengan saya... waaahh, ternyata tidak hanya ilmu yang dikejar sampai ke negeri Cina, foto pre-wedding pun di kejar sampai ke Macau (niat bangett).

Hari sudah malam setelah lama berkeliling sekitar Senado Square. Akhirnya saya kembali ke Hotel untuk makan malam. Hanya beberapa meter dari penginapan, terdapat rumah makan yang menjual makanan halal, disanalah saya makan dan mengobrol sedikit dengan pemilik restoran yang ternyata berasal dari Pakistan.
Day 5:
Waktunya berbenah untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Hongkong. Tetapi saya masih ada waktu beberapa jam hingga keberangkatan, sehingga kenapa tidak dipakai untuk menjelajahi Macau dan gugusan pulau lainnya.
Tempat pertama yang saya kunjugi adalah A Ma temple yang berjarak sekitar 1-2 km, dan dapat di lakukan dengan berjalan kaki. Masuk ke A Ma temple tidak dipungut biaya, dan disana terdapat patung yang mirip sekali dengan Hakim Bao yang pernah saya lihat di Televisi. Disebelah kuil tersebut terdapat Museum Maritim Macau, sayang saya terlalu pagi, saat itu Museum belum buka.
Perjalanan saya lanjutkan ke Macau Tower, lokasi bungee jumping tertinggi di dunia setinggi 233 m. Saat menuju ke sana saya bertemu dengan seorang TKW dari Indonesia, dan beliau menawarkan menjadi pemandu saya selama di Macau. Sebutlah Mba Tini, beliau bekerja dengan seorang majikan berwarga negara Macau dan sudah bekerja selama 4 Tahun (kalo saya tidak lupa). Ternyata dari cerita beliau banyak juga pekerja kita yang mangadu nasib di Macau. Cerita punya cerita, nampaknya jam kosong beliau tidak sama dengan jam penjelajahan saya di Macau, alhasil beliau memberikan banyak tips mengenai titik wisata bagus yang ada di Macau dan gugusan pulau kecilnya.

Masuk ke Macau Tower seperti masuk ke Petronas, didalamnya terdapat pusat perbelanjaan selain itu tentu saja ada kasino dan teater. Biaya masuk ke Macau Tower sebesar 85 Pataca. Biaya ini sudah termasuk naik ke observation deck-nya. Macau Tower sering dijadikan sebagai ajang bungee jumping oleh para jumper dunia. Dan di Macau Tower, selain bungee jumping juga ada atraksi bernyali lainnya seperti berjalan mengelilingi tepi menara dan menyusuri bangunan menara hingga ke puncaknya.
Dari Macau tower saya berniat memasuki salah satu kasino terkenal di Macau. Eit jangan salah, bukan untuk berjudi lho tetapi di dalam bangunan tersebut ada tempat bernama Grand Canal yang mirip dengan Venesia di Italy, Eropa. Perjalanan ke Venetian sebenarnya cukup dengan bis yang dapat berhenti di depan gedung tersebut seharga 2.5 Pataca, tetapi karena kesalahan komunikasi (saya bicara dengan bahasa Inggris, Supir bis bicara dengan Bahasa Mandarin, alhasil ya ‘ga nyambung lah) terdamparlah saya di pulau Coloane salah satu gugusan pulau di Macau, setelah saya perlihatkan foto the Venetian yang saya dapat dari peta, barulah supir bis tersebut mengangguk-angguk dan akhirnya saya ikut kembali bis tersebut sampai di depan the Venetian.
Keterangan: total biaya yang dikeluarkan (termasuk tiket, transport, akomodasi dan makan) = Rp. 1,250,000,-
Keluar dari the Venetian, saya meneruskan perjalanan ke ferry terminal untuk menyeberang ke Hongkong. Harga tiket dibedakan antara malam dan siang. Semakin malam, harga tiket semakin mahal, hal ini dikondisikan dengan banyaknya orang Hongkong yang datang selepas senja untuk berjudi di Macau dan kembali ke Hongkong pada malam harinya. Saat itu tiket yang saya dapatkan termasuk mahal karena sudah sore yakni sebesar 176 Pataca. Perjalanan ke Hongkong memakan waktu kurang lebih 1 Jam dan tiba di dermaga Sheung Wan, Hongkong Island.
Dari Dermaga saya berjalan ke arah subway untuk membeli Octopus card (seperti Ez link card di Singapore) seharga 150 Dollar Hongkong (kartu ini bisa juga dipakai untuk berbelanja di mini mart setempat), selanjutkan meneruskan perjalanan dengan kereta bawah tanah ke arah Hostel di Mongkok. Sampai di Mongkok, saya langsung check in dan membayar penginapan selama 4 malam sebesar 480 dollar dan beristirahat.
Day 6:
Target hari keenam melihat the Peak, Madam Tussaud dan Ladies Nigh Market. Dari Mongkok saya pergi ke arah Central untuk melihat the Peak. Tidak jauh dari stasiun Central dengan berjalan sekitar 10 menit, saya tiba di the Peak Tram, yaitu alat transportasi untuk sampai ke the Peak. Saat itu saya membeli tiket all in seharga 180 dollar, termasuk didalamnya tiket tram pulang pergi, tiket masuk Madam Tussaud dan tiket masuk ke the Peak sky terrace. Pemandangan yang indah dengan hembusan angin yang sejuk membuat saya lupa untuk kembali turun dari the Peak. 2 Lantai dari the Peak terdapat museum lilin Madam Tussaud yang terkenal dengan patung lilin para tokoh terkemuka dunia (paling tidak saya bisa berfoto dengan patung lilin Brad Pitt...hehehe).

Tidak terasa hari sudah sore saat saya turun dari the Peak, sebelum menuju ke Ladies Night Market, saya menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Jamia di area mid level dengan berjalan ke arah escalator terpanjang yang ada di Hongkong. Sepulangnya saya dari Masjid Jamia, saya kembali menaiki subway ke arah Mongkok sekaligus mengunjungi Ladies Night Market (kebetulan berseberangan dengan tempat saya menginap).
Ladies Night Market terkenal dengan barang-barangnya yang murah, hanya saja metode penjual disini agak kasar dan cenderung memaksa, bahkan saya yang hanya melihat-lihat saja ditarik tangannya dan diajak tawar menawar.
Day 7:
Hari ketujuh saya mengincar Ngo Ping dan Kowloon City Park. Dua tempat tersebut berbeda pulau. Ngo Ping berada di Pulau Lantau sedang Kowloon City Park berada di Kowloon tak jauh dari tempat saya menginap. Prinsip saya yang jauh dulu yang saya jelajahi, sedang yang dekat bisa saat pulang menuju ke hostel. Ngo ping sendiri terkenal dengan cable car dan Patung budhanya yang besar di atas bukit. Untuk menuju kesana saya harus berganti kereta yang menuju pulau Lantau untuk kemudian menaiki cable car sampai ke area Tian Tan Buddha. Biaya menaiki cable car pulang pergi adalah 159 dollar (termasuk tiket cable car pulang pergi dan tiket masuk pertunjukkan di Ngo Ping).
Ngo Ping merupakan pusat wisata yang terletak di atas bukit. Perjalanan menuju kesana dengan cable car sangat menakjubkan. Pemandangan pulau-pulau di Hongkong dapat terlihat dengan jelas disertai perairan yang berada di sekeliling Hongkong. Semakin tinggi cable car, hembusan angin semakin kencang sehingga bertambah kencang pula adrenalin di dalam darah. Ngo Ping seperti desa wisata, udaranya yang sejuk di bentangi oleh hijaunya pengunungan membuat pengunjung tak mau beranjak pulang (begitu pula saya..hehe).

Setelah dari Ngo Ping saya melanjutkan perjalanan menuju Kowloon City Park. Kowloon City Park merupakan taman kota yang terletak di pinggiran kota Kowloon. Di taman ini terdapat miniatur tata kota hongkong saat di jaman penjajahan Inggris. Taman ini juga merupakan pusat kebugaran dan edukasi penduduk setempat seperti pelestarian lingkungan dan kesegaran jasmani. Saat menuju ke sana saya sempat tersesat, karena banyak versi jalur menuju kesana, setelah saya perhatikan, mereka semua memang benar sebab taman tersebut seperti lingkaran dan labirin yang memiliki banyak pintu. Penduduk yang memberitahukan saya hanya memberitahukan jalur dan pintu yang biasa mereka lewati.
Day 8:
Di hari kedelapan, tempat pertama yang saya kunjungi adalah Avenue of the Stars. Tempat ini seperti di China Town, Hollywood yang memiliki berbagai hand print artis ternama di Hongkong. Tempat tersebut terletak di pinggir laut yang membelah pulau Hongkong dengan Kowloon, pemandangan yang bersih di tepi perairan dengan dilatarbelakangi gedung-gedung pencakar langit, benar-benar menakjubkan.
Dari sana saya berjalan menuju dermaga Tsim Sha Tsui untuk menyeberang dengan ferry ke arah Central. Dari Central saya langsung naik kereta Hongkong Airport Express yang menuju Disney land resort. Tiket masuk disney land saya peroleh dari pengelola hostel. Biayanya jauh lebih murah dibanding membeli langsung di resort yakni dari 350 dollar menjadi 290 dollar termasuk voucher-voucher untuk membeli berbagai makanan dan souvenir di sana. Disneyland Hongkong terbilang sedikit sekali wahana permainannya jika di bandingkan dengan Dunia Fantasi di Jakarta. Yang menjadi daya tarik resort ini adalah tokok-tokoh walt disney yang setiap harinya memberikan pertujukan atraksi di jalan.

Dari Disney land saya berkeinginan untuk melihat 2 pasar lainnya yang terbilang murah di area Kowloon, yaitu Temple night market dan Jade market. Temple night market kurang lebih sama dengan Ladies night market yang ada di Mongkok, sedangkan Jade market adalah pusat penjualan giok di Hongkong. Sayangnya saya tidak punya pengetahuan mengenai giok yang asli, sehingga dari pada takut ditipu, lebih baik saya pulang ke Hostel dan berbenah untuk melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur esok harinya.
Keterangan: total biaya yang dikeluarkan (termasuk tiket, transport, akomodasi dan makan) = Rp. 2,500,000,-
Day 9:
Pagi harinya saya langsung menuju airport dengan penerbangan dari Hongkong ke KL seharga 800 Dollar. Sesampainya di KL, saya langsung menaiki bis ke arah KL sentral sebesar 9 Ringgit untuk menitipkan backpack saya dan menuju KL monorail ke daerah Medan Tuanku (biaya 2.5 Ringgit) untuk menginap 1 malam (biaya penginapan 1 malam sebesar 55 Ringgit).
Walaupun hanya semalam, saya sempatkan melihat-lihat ke Petaling Street dan Central Market di area China town. Area ini menjual banyak souvenir-souvenir murah dan beberapa barang bajakan (hehehehehe.. kayaknya di tiap negara ada aja yang seperti itu).
Day 10:
Hari itu adalah hari terakhir perjalanan saya. Sebelum berangkat, saya berniat untuk menaiki menara Petronas yang terkenal karena cepat sekali tiketnya habis. Menara ini menawarkan sekitar 1400 tiket masuk setiap harinya ke sky bridge secara gratis dan habis hanya dalam waktu satu jam. Saya sampai di menara Petronas waktu pada pukul 7 pagi dan saat itu antrian manusia yang hendak menaiki sky bridge setara panjangnya dengan 25 meter, itupun hanya yang antri, dan setiap 1 orang yang antri dapat mewakili 4 orang (waduh ga kebayang, bisa dapat ga ya?? Kan siang harus sudah take off ke Jakarta). Tapi Alhamdulillah saya dapat juga tiket untuk yang jam 9.15. Setelah mendapatkan tiket dan di berikan induction sekitar 15 mengenai latar belakang berdirinya Menara Petronas, saya akhirnya bisa menaiki sky bridge.
Keterangan: total biaya yang dikeluarkan (termasuk tiket, transport, akomodasi dan makan) = Rp. 1,500,000,-