Minggu, 11 Desember 2011

Speedy Travelling

Percaya ga percaya akhirnya perjalanan yang direncanakan selama nyaris 2 tahun itu tercapai juga. Perjalanan berlangsung selama 15 hari mengitari 8 negara dan 15 kota di Eropa. Lautan biru yang dingin, hamparan kota pinggir sungai nan cantik, sungai yang terjaga apik, kota yang glamor, pegunungan dengan salju abadi, peternakan di kaki bukit, semuanya bercampur aduk di benua biru ini, dan dapat dinikmati dengan bepergian menggunakan kereta.

1.    Bersama 3 orang teman, saya menginjakkan kaki pertama di kota Paris. Dengan tujuan Leiden, Belanda kami transit di kota ini dan mampir untuk tidur di Brussel, ibukota Negara Belgia.
2.    Pagi harinya yakni hari kedua, kami tiba di Leiden dan mengunjungi taman bunga Keukonhof. Pada bulan mei biasanya terdapat festival bunga yang meriah disertai mekarnya bunga-bunga tulip tanda pergantian musim.



     Dari Leiden, kami bertolak ke Amsterdam untuk berpindah ke kereta sleeper menuju Praha. Kereta Sleeper adalah kereta dengan waktu jelajah terlama dan dilengkapi tempat tidur bertingkat dengan variasi jumlah penumpang.
3.    Keesokan paginya kami tiba di Praha, ibukota Negara Ceko. Kami menginap di salah satu best hostel di Eropa rekomendasi Lonely Planet yakni Miss Sophies. Hostel ini begitu nyaman dan begituuuu murah. Selepas check in, kami berjalan-jalan mengitari pusat kota Praha. Informasi aja, yang phobia dengan ketinggian siap-siap memacu adrenalin ya, sebab escalator stasiun disana tinggiiiiii dan panjaaaaaang serta berangin kencang terutama di musim semi mana lelet lagi jalannya hiiiyyy. Area wisata di Praha antara lain astronomical clock, flea market, Charles Bridge, Prague Castle dan banyak lagi.

 

4.    Hari keempat kami bertolak ke Salzburg, Austria. Di Salzburg dengan bersepeda, kami mengunjungi Scholss Mirabell, lokasi syuting sound of music, Patung penghormatan Mozart, Permainan catur raksasa serta melihat pemandangan kota Salzburg dari atas puri.




5.    Hari kelima kami ke Venecia, kota ini dibangun diatas ratusan kanal, kalau tidak waspada kita bisa tersasar lho. Tapi terlepas dari layout kotanya yang memusingkan, kota ini memang unik, bagaikan pecahan kaca jika dilihat dari udara. Puluhan restoran didirikan di pinggir sungai tempat hilir mudiknya Gondola menambah romatisnya makan malam (emang ngga cocok niy buat jomblo kayak kami hehehe), jajanan pasar dan souvenir unik bertebaran, cita rasa gelato yang khas serta pizza tipisnya yang gurih (hhhmmm mamamia lezatttooo, sumpah sampe sekarang masih terngiang-ngiang enaknya).





6.    Esoknya kami menuju Roma. Terus terang tidak sebagus bayangan kami, kota ini lagi sibuk menata diri sebab konstruksi dimana-mana ditambah cuaca kian panas menjelang musim panas, sehingga perjalanan di Roma terasa tidak begitu nyaman di siang hari. Di Roma banyak yang bisa dikunjungi, antara lain Colloseum, Spanish Step, Trevi Fountain dan lain-lain.




7.    Hari berikutnya, kami masih menginap di Roma, karena kebetulan 2 teman saya beragama Katolik, maka kami sempatkan melongok ke Vatican city dan Vatican Museum.


8.    Hari kedelapan, kami menuju Amalfi Coast di pesisir Laut Mediterania. Sebelum mencapai kota Amalfi kami sempatkan mampir ke reruntuhan gunung berapi di Pompeii. Menuju Amalfi hanya dapat dilalui dengan bis atau ferry dari kota Salerno. Kota Amalfi memiliki tata kota layaknya kota-kota di pesisir Mediterania contoh Yunani dan Cyprus, jadi kalo agak susak ke Yunani, monggooo ke Amalfi sudah cukup kok. Kota ini juga terkenal dengan jeruk lemonnya, sampai-sampai semua souvenir dari kota ini kalau tidak berbentuk jeruk lemon, baunya yang seperti jeruk lemon.. alamak…



9.    Masih di kota Amalfi, di hari berikutnya kami menuju Pulau Capri. Pantas saja banyak Artis Hollywood datang ke Pulau Capri sebab pulau ini memiliki gua alam dengan air berwarna biru cerah, dan dipercaya apabila berciuman di bawah salah satu batu karangnya hubungan dengan pasangan akan langgeng (satu lagi area wisata yang tidak cocok untuk jomblo seperti kami hahahaha #tepok jidat).


10. Hari Kesepuluh kami ke Interlaken, Swiss. Saat kami tiba, kota kecil di pegunungan Alpen ini baru saja diguyur hujan setelah selang beberapa bulan kekeringan. Tapi jangan salah, walau kering, kota ini nyaris jarang mendapatkan sinar matahari karena berada di area pegunungan salju abadi Alpen. Satu kesan yang kami dapatkan saat keliling Interlaken adalah kota ini seperti tidak butuh uang, pasalnya toko-toko buka dan tutup seenaknya saja (padahal tertulis operational hours di tiap pintu toko) pantas saja negaranya adalah Negara paling mahal di Eropa, terbukti mereka tidak bergabung bersama Negara uni eropa lainnya memakai mata uang Euro.


11. Hari berikutnya kami ke Jungfraujoch, puncak tertinggi Eropa. Cukup deg-degan juga naiknya. Bukan karena pendakian dilalui dengan kereta biasa dengan sudut kemiringan 45˚, tetapi juga karena hari itu ada badai dan suhu diatas mencapai -2˚C (padahal sudah masuk musim panas lho…brrrrr). Alhamdulillah sepanjang perjalanan tidak banyak kendala, bahkan kota-kota tempat persinggahan menuju puncak sangat Indah dipandang mata. Baru di sekitar 45 menit menjelang puncak, pemandangan berubah total menjadi putih, angin kencang menderu kaca kereta, untungnya tidak semua jalur kereta melalui udara terbuka tetapi juga lewat terowongan.
12. Hari kedua belas (ngga terasa sebentar lagi pulang), kami menuju Munich, Jerman. Bisa dibilang kota ini adalah kota transit kami menuju Paris. Dikota ini sebenarnya tidak banyak yang bisa dilihat. Kota ini mirip dengan Praha, kami lewat Munich dan menginap semalam karena secara budget lebih hemat dibanding langsung menuju Paris.



13. Di Paris selama 2 hari, kami berkeliling kota melewati sungai dan bermacam area wisata seperti Louvre, Menara Eifel, Arc de Triomph dan lain-lain. Lalu kami juga sempat mengunjungi Istana Versailles (luas buaaaaanngeett) di pinggiran kota Paris serta berkeliling di sepanjang area perbelanjaan yang terkenal Champ de Elysee.





Gimana ngebut ya? Hehehe namanya juga speedy travelling. Perjalanan ini memang menyita waktu, menguras uang dan tenaga, tapi kami bersyukur dapat mengalaminya sebab banyak pengalaman berharga yang kami temukan dan saking berasanya, kami berempat sempat jetlag semingguan setelah tiba di rumah (hehehe lebay.com) selain zona waktu yang cukup jauh berbeda, sepertinya fisik sudah dikantor tapi pikiran masih ingin berlibur xixixi. Dengan begitu saya jadi semakin termotivasi untuk rajin menabung… sebab masih banyak kota eropa lainnya yang belum dikunjungi….. sampai jumpaaaa.

2 komentar:

  1. Halo Mbak Indah. Salam kenal, saya Michael. Saya ketemu blog nya setelah cari-cari info mengenai Amalfi, kebetulan lagi planning untuk liburan. Mau tanya mbak, kalau dari Amalfi ke Interlaken naik apa ya? Saya berniat mengunjungi keduanya, tapi mungkin urutannya berbeda, dari interlaken baru ke Amalfi.

    Oh ya mbak, kalau mau mengunjungi Amalfi enaknya menginap di Salerno/Sorrento, atau di Positano/Amalfi nya sendiri? Thank you for sharing, love your blog posts.

    Michael

    BalasHapus